Jumat, 04 September 2015

jun

sebulan ini saya dibikin sibuk oleh pegawai, sebut saja pegawai meski sebetulnya anak bawang saja karena masih dibawah umur buat disebut pegawai.
namanya jun, belum genap 15 umurnya. ia berasal dari keluarga yang gemar memaki, konon kata tetangganya yang juga jadi pegawai saya, selain mengabsen isi petshop, makian emak dan bapak si jun ini terdengar amatlah jauh, radius 500 meter masih terdengar jelas makiannya. tak heran, selain kasar si jun ini juga gemar memaki, kepada siapapun tak peduli usia.
setelah libur lebaran lalu, ada yg aneh darinya, ia jadi lebih rajin bicara, bahkan saat tak ada teman. lebih lucu dan sering tertawa sendiri. suatu hari ia menangis meraung dari toilet, entah meratapi apa. lalu sambil terbahak ia bilang sedih harus berpisah dengan tainya sendiri.
si jun putus sekolah, di kelas 1 tsanawiyah ia kabur dari kelas dan menolak kembali. ingin beli motor katanya, satria FU. jenis motor yang akhir-akhir ini seringkali ia bicarakan, seperti wiridan. kadang bilang ingin bunuh diri jika tak dibelikan satria FU.
minggu lalu ia minta pulang, dan tentu saja saya ijinkan, karena sampai sekarangpun tidak pernah saya anggap pegawai, hanya pupuk bawang.
lalu kabar dari rumahnya, setaelah dibelikan motor idamannya satria FU. tapi jun makin ngamuk saja, katanya ia minta motor satria FU, kok malah dibelikan motor suzuki, walah!
2 hari lalu jun dibawa ke dokter, diagnosanya depresi, keinginan terpendam dan kekecewaan. sambil bisik2 emaknya bilang, kata dokter ia nyaris gila karena putus cinta, dan motor satria FU itu hanya pengalihan isu, karena malu bilang putus cinta. halah..jun, begitulah cinta, deritanya tiada akhir.
yup, derita tiada akhir jika yang dipuja kedangkalan, menempatkan cinta sebagai tujuan, bukan sebuah ideologi. jun, cinta itu api untuk membakar revolusi, hanya jika memandangnya sebagai ideologi, maka cinta akan menemukan daya juangnya.
cinta itu bukan memikirkan, demikian kata feuerbach, cinta itu bertindak untuk mengubah dunia. dan ingat jun, hanya orang bebas merdeka yang bisa bertindak. karenanya, tugas pertama ideologi cinta adalah menjadikan manusia individu yang merdeka, bukan sebagai sub-ordinat, atau klien dari patron yang dicintainya. untuk sederhananya, maurice marleau ponty bilang, interpersonal subjective relationship, itulah cinta yang demokratis, partisipatif, egaliter dan terutama, merdeka. karenanya tidak akan dijalani dengan menye-menye.
cinta jenis ini yang membakar api revolusi.

cinta jenis ini tidak perlu dialihkan dengan isu motor satria FU, karena cinta ideologis tak mengenal kata putus.

Tidak ada komentar: