Senin, 07 September 2015

luka lama

menonton film mandarin lama, selalu saja terselip tema dendam, luka sejarah yang diwariskan. tidak jelas betul apakah membalas dendam adalah tradisi atau sekedar untuk bikin filmnya ramai, menjadikan bakbuk adegan kelahinya memiliki logika pembenarannya sendiri.
sassus luka lama yang terwariskan juga dialami keluarga saya, menurut sahibul hikayat, konon bapak dulu pergi merantau dalam keadaan terluka. bapak yatim piatu di usia 7 tahun saat itu, ketika jepang mendarat di indonesia, bapak dalam perjalanan kereta uap ke timur bersama pamannya.
ayahnya, kakek saya saudagar kampung dengan mewariskan cukup banyak harta, demikian menurut sassus itu, yang tidak pernah dimiliki ahli warisnya. itulah pangkal luka lama itu bermula, yatim piatu yang merasakan kerasnya rantau itu kelak menolak pulang.
tujuh puluh tahun kemudian, hari ini luka lama itu masih diingat oleh generasi setelahnya. setiap pulang kampung, saya menemukan beberapa keluarga saudara dari bapak yang canggung. konon, keluarga-keluarga itu dulu penikmat harta yatim piatu yang kelak jadi bapak saya.
entah apa yang ada di dalam pikiran mereka, sampai sekarang pun saya tidak pernah tahu.
tidak seperti akhir cerita film mandarin tentang bagaimana dendam ditunaikan, saya hanya berusaha sebisa mungkin menutup cerita lama itu cukup sampai di generasi saya, agar kampung menjadi tempat tinggal yang luas untuk generasi setelah kami.
agar kematian kelak tidak menjadi bahan cerita film mandarin lagi, tentang hantu pembalas dendam yang jalannya lompat-lompat, dan alergi bawang putih. demikian.

Tidak ada komentar: