Sabtu, 19 September 2015

rumah rockstar

kami percaya rumah itu berhantu. kata nenek, selain aroma dupa dari rumah itu kerap terdengar bebunyian asing. bunyi gitar yang merintih dan tetabuhan perkusi yang berdentum ritmik, seperti kuda liar dari sumbawa. 10 tahun kemudian, setelah nenek tiada, kami sepakat bebunyian itu lagu-lagu van hallen, meski sampai detik ini belum tahu lagu yang mana, pokoknya naluri kami bilang itu van hallen.

*      *     *

rumah itu berjendela tinggi, terletak di pinggir sungai yang menurut tome pires, seorang petualang dari portugis, terletak di pinggir kali menuju dermaga tua, tempat kulit kijang hutan dikapalkan. pintunya setinggi michael jordan ditambah tiga jengkal, lalu kusen membingkai kaca patri berlukisan mirip yesus, tidak jelas benar ekspresinya karena bagian mata dan bibirnya tergores peluru di jaman perang.
rumah tua itu tampak menjulang, dulu nenek bilang di sore hari, di berandanya belanda tua tuan tanah bersantai dengan para bedindenya, sementara keluarga kami dari seberang kali, bermimpi kelak akan berganti posisi.

*    *    *

tahun lalu kami sekeluarga berselisih paham mengenai kesepakatan naluriah tentang van hallen tersebut. kakak pertama mencabut belati untuk membela nalurinya yang berganti yakin bebunyian tilman brothers, kakak kedua merajuk bahwa itu lagu-lagu awal masa jaya kerontjong tugu, sedangkan dentum perkusinya hanyalah efek angin laut yang suka melebih-lebihkan bunyi. kakak ketiga dengan yakinnya bilang itu lagu-lagu di kehidupan a rafiq sebelum mati dan bereinkarnasi menjadi pelantun lagu melayu, buktinya cengkok itu abadi, tak kenal mati. saya sebagai bungsu belum punya hak berpendapat, karena demikian feodalnya keluarga kami. meski di hati kecil saya yakin itu lagu-lagu mazhab seattle.

hari ini rumah tua itu masih berdiri demikian pongah, beraroma kayu gaharu dari dupa yang saya racik sendiri, sambil mendengar lagu-lagu psikedelik dari rockstar yang sengaja saya tak peduli namanya. karena naluri-naluri menebak lagu itu sudah kalah dengan tabungan saya sendiri, yang membeli rumah tua ini, setalen-setalen.

Tidak ada komentar: